Kamis, 16 Juni 2011

Membersihkan Dosa dengan Baca Al Quran


KOMPAS/HERU SRI KUMORO
Tadarus Al Quran menjadi salah satu kegiatan rutin santri Pondok Pesantren Zulfikar di Desa Laban, Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, selama bulan Ramadhan, Senin (1/9). Mereka menggunakan penerangan lampu minyak untuk melatih konsentrasi selama membaca Al Quran.

Jodhi Yudono | Sabtu, 28 Agustus 2010
MAMUJU, KOMPAS.com — Membaca kitab suci Al Quran berati membersihkan diri dari segala dosa dan seluruh perbuatan tercela sehingga umat Islam dituntut untuk terus membaca Al Quran dan mengamalkan ajaran yang terkandung di dalamnya.

Demikian disampaikan Ustaz Prof Dr Hamdan Juhannis, MA PhD, saat membawakan ceramah tentang hikmah malam Nuzulul Quran di Masjid Raya Mamuju, Jumat (27/8/2010).

Peringatan acara malam Nuzulul Quran di Masjid Raya Mamuju dilaksanakan Pengurus Hari Besar Islam (PHBI) Kabupaten Mamuju serta dihadiri Gubernur Sulbar Anwar Adnan Saleh, Bupati Kabupaten Mamuju Suhardi Duka, dan ribuan umat Muslim di wilayah itu.

Hamdan Juhannis mengatakan, dengan membaca dan memahami eksistensi Al Quran, berarti setiap manusia telah memiliki pedoman hidup untuk menjadi khalifatul fil ardl dan memosisikan diri sebagai hamba di hadapan Allah SWT.

Menurut dia, menjadi khalifatul fil ardl atau pemimpin di muka bumi dengan berpedoman kepada Al Quran berarti manusia telah memiliki pedoman hidup agar terhindar dari sifat yang tidak diridai Allah SWT, seperti sifat sombong dan dengki.

"Sikap sombong adalah sikap yang tidak diridai Allah SWT. Sikap ini akan membawa malapetaka bagi umat Islam sehingga sikap ini harus dihindari," katanya.

Ia menceritakan sebuah kisah dari seorang intelektual atau ilmuwan yang menyombongkan dirinya di hadapan seorang nelayan yang akhirnya intelektual itu mengakui kelemahannya karena tidak mengerti bahwa di satu sisi nelayan juga punya kelebihan.

Intelektual atau ilmuwan bisa saja memahami berbagai macam bahasa dan teori. Namun, di satu sisi, mereka tidak mengetahui pengetahuan alam yang dimiliki secara alami oleh nelayan. Ketika berlayar, tenyata sang nelayan mampu membaca tanda-tanda alam, sedangkan sang intelektual ternyata tidak mampu.

Dengan demikian, sang intelektual pun mengaku jika dia sombong dan menyatakan dia dirinya adalah nelayan, maka ia tidak mampu menggunakan pengetahuan yang dimilikinya ketika berada di lautan.

"Jadi, tidak ada gunanya sombong karena semua manusia itu diciptakan sempurna memiliki kekurangan dan kelebihan sehingga kelebihan yang dimiliki hendaknya digunakan bagi sesuatu yang bermanfaat," katanya.

Oleh karena itu, ia mengajak umat Islam untuk mengimani Al Quran karena, dengan Al Quran, umat akan bisa membersihkan diri dari sikap yang dicela dan tidak diridai Allah SWT dan justru dapat membuat umat Islam menjalankan perintahnya seperti berbuat jujur dan adil.

Ia mencontohkan kisah seorang umat Islam, yakni seorang kakek dan cucu. Sang kakek menyuruh cucunya mengisi keranjang kosong dan kotor dengan air yang ternyata ketika diisi tidak pernah bisa penuh meski dilakukan berulang-ulang.

Namun, meski tak pernah penuh dengan air, keranjang tersebut akhirnya menjadi bersih dan berbeda ketika belum disirami dengan air.

"Sang kakek menyatakan, meski tidak bisa penuh dengan air, cucunya yang mengisi keranjang kotor tersebut telah berhasil membersihkan keranjang tersebut dengan air yang tadinya dianggap oleh cucunya sungguh tidak bermanfaat karena tidak penuh," katanya.

Demikianlah kata dia, ketika seorang umat Islam rajin membaca Al Quran, meski tidak mengerti, namun ia akan bisa bersih dari dosa dan perbuatan tercela yang tidak diridai Allah SWT.

Dengan demikian dan untuk menambah pahala, umat Muslim diharapkan dapat membaca Al Quran, khususnya pada bulan suci Ramadhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar